Apa itu “motivasi”? Ditinjau dari etimologinya, “motivasi” berasal dari kata Latin motivus atau motum yang berarti menggerakkan atau memindahkan. Dari asal-usul kata ini, Lorens Bagus, dalam Kamus Filsafat,
mengartikan motivasi atau motif sebagai dorongan sadar dari suatu
tindakan untuk merumuskan kebutuhan-kebutuhan tertentu manusia.
Motivasi memainkan peranan penting dalam menilai tindakan manusia,
karena pada motif-motif itulah terkandung arti subyektif dari tindakan
tertentu bagi orang tertentu.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan motivasi
sebagai “usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok
orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yang dikehendaki atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya”.
Menurut Stephen P. Robbins, motivasi adalah “proses yang ikut
menentukan intensitas, arah, dan ketekunan individu dalam usaha
mencapai sasaran”. Tiga kata kunci dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan (yang mengandaikan berlangsung lama).
Intensitas dimaksudkan seberapa keras seseorang berusaha. Agar dapat
menghasilkan kinerja yang baik, intensitas (setinggi apa pun) harus
mempunyai arah yang menguntungkan organisasi. Dan akhirnya, intensitas
dan arah yang telah dimiliki harus diterapkan secara tekun dan
berlangsung lama. Inilah ukuran sejauh mana orang dapat mempertahankan
usahanya. Individu yang termotivasi akan tetap bertahan dengan
pekerjaannya dalam waktu cukup lama untuk mencapai sasaran mereka.
Sebaliknya, seseorang yang tidak termotivasi hanya akan memberikan
upaya minimum dalam hal bekerja. Konsep motivasi kiranya merupakan
sebuah konsep penting dalam studi tentang kinerja individu dalam
organisasi. Dengan kata lain, motivasi merupakan salah satu determinan
penting bagi kinerja individual di samping variabel determinan lain
misalnya kemampuan orang yang bersangkutan dan atau pengalaman kerja
sebelumnya.
2.2 Sekilas Tentang Abraham Maslow
Abraham Maslow dilahirkan pada tahun 1908 dalam keluarga imigran
Rusia-Yahudi di Brooklyn, New York. Ia seorang yang pemalu, neurotik,
dan depresif namun memiliki rasa ingin tahu yang besar dan kecerdasan
otak yang luar biasa. Dengan IQ 195, ia unggul di sekolah.
Ketika beranjak remaja, Maslow mulai mengagumi karya para filsuf
seperti Alfred North Whitehead, Henri Bergson, Thomas Jefferson,
Abraham Lincoln, Plato, dan Baruch Spinoza. Di samping berkutat dalam
kegiatan kognitif, ia juga mempunyai banyak pengalaman praktis. Ia
bekerja sebagai pengantar koran dan menghabiskan liburan dengan bekerja
pada perusahaan keluarga.
Maslow hidup dalam zaman di mana bermunculan banyak aliran psikologi
yang baru tumbuh sebagai disiplin ilmu yang relatif muda. Di Amerika
William James mengembangkan Fungsionalisme, Psikologi Gestalt
berkembang di Jerman, Sigmund Freud berjaya di Wina, dan John B. Watson
mempopulerkan Behaviorisme di Amerika. Ketika pada tahun 1954 Maslow
menerbitkan bukunya yang berjudul Motivation and Personality,
dua teori yang sangat populer dan berpengaruh di
universitas-universitas Amerika adalah Psikoanalisia Sigmund Freud dan
Behaviorisme John B. Watson.
Dalam ranah psikologi, Psikoanalisa Freud dianggap mazhab (force) pertama. Sedangkan Behaviorisme disebut mazhab kedua. Agaknya Maslow
(kendati pernah mengagumi kedua aliran tersebut) mempunyai prinsip yang
berbeda. Sampel penelitian Freud adalah pasien-pasien neurotis dan
psikotis di kliniknya. Pertanyaan kita adalah: bagaimana kesimpulan dari
sampel orang-orang yang terganggu jiwanya dapat diterapkan pada
orang-orang pada umumnya (yang sehat mental). Maslow mempunyai prinsip
bahwa sebelum mengerti penyakit mental, orang harus terlebih dahulu
memahami kesehatan mental. Di kutub lain, kaum Behavioris menghimpun
data dari penelitian atas binatang seperti burung merpati dan tikus
putih. Maslow melihat bahwa kesimpulan mereka bisa jadi berlaku bagi
ikan, katak, atau tikus, tetapi tidak untuk bangsa manusia. Berlawanan
secara radikal dengan kedua aliran tersebut, Maslow mencari sampel
pada manusia-manusia yang dalam masyarakat dilihat sebagai “tokoh”. Ia
melibatkan penelitiannya terhadap tujuh tokoh modern dan sembilan tokoh
sejarah: Abraham Lincoln dan Thomas Jefferson (presiden AS), Eleanor
Roosevelt (First Lady yang dermawan), Jane Addams (pelopor pekerja
sosial), William James (psikolog), Albert Schweitzer (dokter dan
humanis), Aldous Huxley (penulis), dan Baruch Spinoza (filsuf).
Penyelidikan tentang tokoh-tokoh ini (dan yang lainnya) -kebiasaan,
sifat, kepribadian, dan kemampuan mereka- telah mengantar Maslow sampai
pada teori tentang kesehatan mental dan teori tentang motivasi pada
manusia. Secara dialektis, tesis Freud dan antitesis Watson dkk.
melahirkan sintesis Abraham Maslow. Oleh karena itu, Maslow menyebut
teorinya sebagai mazhab ketiga.
sumber : http://rheanime.us
Tidak ada komentar:
Posting Komentar